Bunda…
Bila aku boleh memilih, apakah aku menjauhi bunda untuk belajar
atau menemani bunda pergi ke pasar, sebenarnya aku lebih memilih untuk menemani
bunda setiap hari ke pasar.
Karena tangan bunda tak pernah lepas dari tanganku. Kutenteng
belajaan, kusenyumi bunda yang tak pernah letih membuat purnama dikeluarga
sederhana kami.
Tapi bunda, hidup adalah pilihan.
Jika dengan pilihan yang aku pilih, tugas berat yang kujalani sekarang
ini engkau merasa sepi dirumah. Maka maafkanlah aku bunda. Maafkan aku…
Percayalah bunda, aku sedang menyempurnakan cita – cita luhur
kita, kehidupan kita agar tidak ada satu kepingan kehidupan kita yang hilang.
Percayalah bunda, sepi dan kesendirianmu dirumah adalah sebagian
duka dan lara aku disini.
Percayalah bunda, engkau yang selalu ada dalam awalan doaku
dimanapun aku bersujud.
Percayalah bunda, engkau yang selalu kusebut dalam permulaan
tidurku, yang aku berharap agar berjumpa denganmu walau hanya dalam mimpi.
Percayalah bunda, perjuanganku ini kulakukan untukmu, ayah dan
kakakku
Dan orang – orang yang kucintai.
Bunda, titip doa dalam sujudmu, agar aku bisa kembali kepadamu,
satu hari kelak…
0 comments:
Posting Komentar