Kata
orang, semakin tinggi jenjang kuliah maka semakin sempit área atau
kefokusannya. Setelah menjalani hingga jenjang kuliah seperti ini, rasa –
rasanya tidak ada perbedaan yang berarti. Saya yang berlatar belakang kimia pun
harus tahu program komputasi, organ – organ biologi, rumus fisika atau bahkan
yang bersinggungan dengan hukum bisa jadi dia akan mempelajari hukum juga.
Salah
satunya adalah saya, awalnya masuk teknik kimia semua ilmu masuk meski bisa dikatakan
tidak semua. Saat menyusun skripsi yang tebalnya ¾ rim, saat itulah saya sadar
bahwa teknik kimia adalah ilmu yang tidak bisa dipisahkan dari lainnya.
Praprancangan pabrik sodium sulfida, mulai dari desain reaktor, pasal – pasal,
manajemen perusahaan, gambar teknik, ulasan bahan, dampak lingkungan hingga
pemasaran yang semuanya diramu dalam sebuah sastra penulisan serta disampaikan
dalam sebuah komunikasi.
Kini
ketika saat penelitian yang notabene hanya bersumber pada síntesis dan
pemanfaatan nanomaterial. Ilmu – ilmu lainnya wajib mendukung seperti komputasi
proses, biokimia tubuh, ilmu kanker, statistika, rekayasa genetika, kimia
radiasi, mikrobiologi bakteri, ilmu penyakit bahkan dua minggu harus menghadiri
short course di Universidad de Zaragoza hanya untuk belajar siklus menstruasi
wanita dalam hal kaitannya dengan kanker darah dan metabolisme penyakit jarang.
Padahal intinya adalah nanomaterial.
Mau tidak mau demi selesainya sebuah jenjang kuliah maka ilmu – ilmu yang terkait harus dilahap. Kenyataan yang harus diterima.
Mau tidak mau demi selesainya sebuah jenjang kuliah maka ilmu – ilmu yang terkait harus dilahap. Kenyataan yang harus diterima.
Terimalah
kenyataan bahwa ketika adik – adik kelak memutuskan untuk mengambil jurusan
tertentu, adik – adik tidak akan terlepas dari ilmu lainnya. Belajar mencintai
ilmu yang tidak disukai. Karena ilmu itu tidak bersalah, yang salah adalah
pengajarannya.
Aku
berdansa diujung gelisah #RomanPicisan
0 comments:
Posting Komentar