Saya
telah sadar bahwa dunia saya hanyalah dunia dibalik layar, dimana labu
Erlenmeyer dan gelas – gelas kaca #NiaDaniaty beradu dengan cairan –
cairan racun, sampel – sampel karsinogenik, buku – buku tebal yang tak romantis
ataupun puitis dan segelas teh. Paduan Ms. Excel, Word dan PPT menjadi program
komputer utama mengantarkan kata demi kata, ide demi ide yang bersatu dalam
satu bundel yang disebut laporan penelitian. Menyingkirkan ego pribadi, melawan
lelahnya kantuk, bersinggungan dengan sampel menjijikan, terhirup gas yang
membuat pening kepala disaat pikiran harus selalu segar hingga mondar mandir
melintasi zona waktu yang berbeza (ala #SitiNurhaliza) adalah salah satu dari
sekian pengorbanan yang meramu seorang peneliti menjadi berguna yang
teralamatkan pada dihasilkannya sebuah produk konkret demi kemashlahatan #Ummat.
Apakah
ini menjadi jalan jihadku? Entahlah… Setidaknya kuniatkan demikian.
Sejak
kemarin hingga ditutup hari ini saya belajar banyak tentang arti menjadi
seorang peneliti dan jiwa peneliti. Berakhir sudah lawatan empat profesor, satu
diantaranya adalah profesor emeritus didampingi empat asisten dari masing –
masing negaranya guna bertemu dan berdiskusi dalam satu forum. Sebut saja
kongsi penelitian.
Saya
yang hanyalah anak #BawangPutih diminta untuk mendampingi
profesor untuk mencatat poin penting serta merekam audio diskusi untuk bahan
laporan ke Uni Eropa dan WHO menjadi pelajaran penting bagi saya di masa – masa
karir sebagai peneliti. Di dalam forum tersebut, profesor saya getol
menyuarakan ide, tindakan dan gambaran rencana kedepannya. Tak kalah serunya
profesor dari Luxembourg, Portugal dan Uzbekistan yang didampingi masing –
masing asistennya bertukar informasi dan mencatat segala informasi yang hilir
mudik tertuang dalam forum itu. Saya merasa beruntung ditunjuk sebagai asisten,
mendampingi profesor saya yang mewakili Spanyol dalam forum tersebut sehingga
mengenal arti profesionalisme dalam sebuah dunia penelitian.
Topik
penelitian yang didasari oleh penanggulangan penyakit tumor otak mulai dari
pendeteksian hingga pengobatanlah yang menghimpun empat negara tersebut dalam
satu kongsi. Saya meminjam kutipan seorang teman; I travel with my brain.
Kutipan itu mampu menggambarkan keadaan yang ada.
Lima
profesor termasuk profesor saya mempunyai keahlian yang berbeda – beda mulai
dari pakar kimia kedokteran nuklir, pakar ilmu penyakit jarang, ahli genetika
dan punggawa dibidang nanomaterial bersatu dalam satu forum itu. Menjadi
seorang peneliti mengharuskan ia harus mampu bekerjasama dengan peneliti lain
guna menghasilkan satu produk yang baik dari pelbagai sisi.
Beberapa
kali mengunjungi Luxembourg dan seringnya bolak – balik Portugal hanya demi
sampling rawmat dan analisis saya perturutkan dalam beberapa bulan ini. Dalam
upaya terus menjaga agar penelitian ini berjalan sebagaimana mestinya. Hingga
dicapailah kesepakatan kemarin dan hari ini menjadi sebuah hari – hari diskusi
tentang apa yang telah, sedang dan akan dilakukan. Hari pertama diisi dengan
diskusi dan pemaparan rencana sedangkan hari kedua ini begitu me #Lelah kan dikarenakan profesor dan
saya berkeliling ke pusat riset kami dan menjelaskan kepada mereka tentang
fasilitas yang ada. Kunjungan ini bertujuan untuk mempertegas kesiapan
fasilitas guna mendukung riset yang terus berjalan ini. Saling berkunjung untuk
sebuah kesepakatan kongsi riset. Begitulah intinya.
Satu
hal yang membuatku tegar menjalani semua ini adalah senyum dari mereka para
pengidap penyakit, kesakitan teman – teman saya yang telah terenggut nyawanya
serta ucapan bangga dari mereka yang mengatakan: kamu pernah datang dan kamu
sangat patuh.
Berlabuh
di rabu senja
Pinggiran
laut mediterania
Barcelona
0 comments:
Posting Komentar