Andai saja bahagia itu tidak bersyarat, maka bunga mawar tidak perlu berduri

Senin, 04 November 2013

Rabokki hana jusipsio


라볶이
Ketika membuka pintu toko itu, dua ibu pemilik restoran korea itu pasti mengucapkan”oso oseyo”. Dan gw pun ngucapin kamsahamnida dan satu ibu bertanya kepada gw: muoseul derilkkayo?
Pasti gw jawab: Rabokki hana jusipsio. Ya rabokki, makanan itu terbuat dari mie dengan saus pedas dicampur dengan kue beras dan telor rebus. Dimakan bersama dengan asinan lobak/kimchi lobak yang rasanya asem.
Itulah makanan korea yang bisa masuk ke mulut gw. Saat itu bang Arfan yang mengenalkan abi untuk makan disana.
Bibi itu ramah sekali, meskipun karena sama2 keterbatasan bahasa, dia sangat ramah… mungkin dia dari sedikit orang korea yang abi temui yang ramah. Selain pak woori bank dan bibi di kantin seongdae.
Gw hamper setiap 2 hari sekali kesana, biasanya malam hari, karena ga ada waktu untuk masak sehingga gw biasanya beli makanan disana. Harganya 4.500 won atau sekitar Rp. 40.000.
Dia tau gw pelajar di ajou, waktu itu dengan bahasa terbata – bata gw memperkenalkan diri bahwa gw dari Indonesia dan muslim, dwaejigogi anmogoyo. Titik.

Kemudian, mungkin Karena gw selalu menghabiskan satu porsi rabokki, (mungkin si bibi mikir gw sangat lapar) akhirnya dia menambahkan bab (nasi) gratis setiap kali gw makan atau telor double.
Selepas keluar dari toko, kadang gw beli roti untuk dibawa ke lab karena harus lembur. Harganya sekitar 1000 won. Si penjual roti itu juga ramah.
Oh ya sebelum gw pulang ke tanah air, saat itu gw memesan rabokki untuk terakhir kalinya dalam suasana agak sedih.
0

0 comments:

Posting Komentar

Popular Posts