Ketika
membuka pintu toko itu, dua ibu pemilik restoran korea itu pasti mengucapkan”oso
oseyo”. Dan gw pun ngucapin kamsahamnida dan satu ibu bertanya kepada gw:
muoseul derilkkayo?
Pasti
gw jawab: Rabokki hana jusipsio. Ya rabokki, makanan itu terbuat dari mie
dengan saus pedas dicampur dengan kue beras dan telor rebus. Dimakan bersama
dengan asinan lobak/kimchi lobak yang rasanya asem.
Itulah
makanan korea yang bisa masuk ke mulut gw. Saat itu bang Arfan yang mengenalkan
abi untuk makan disana.
Bibi
itu ramah sekali, meskipun karena sama2 keterbatasan bahasa, dia sangat ramah…
mungkin dia dari sedikit orang korea yang abi temui yang ramah. Selain pak
woori bank dan bibi di kantin seongdae.
Gw
hamper setiap 2 hari sekali kesana, biasanya malam hari, karena ga ada waktu
untuk masak sehingga gw biasanya beli makanan disana. Harganya 4.500 won atau
sekitar Rp. 40.000.
Dia
tau gw pelajar di ajou, waktu itu dengan bahasa terbata – bata gw
memperkenalkan diri bahwa gw dari Indonesia dan muslim, dwaejigogi anmogoyo. Titik.
Kemudian,
mungkin Karena gw selalu menghabiskan satu porsi rabokki, (mungkin si bibi
mikir gw sangat lapar) akhirnya dia menambahkan bab (nasi) gratis setiap kali
gw makan atau telor double.
Selepas
keluar dari toko, kadang gw beli roti untuk dibawa ke lab karena harus lembur. Harganya
sekitar 1000 won. Si penjual roti itu juga ramah.
Oh
ya sebelum gw pulang ke tanah air, saat itu gw memesan rabokki untuk terakhir
kalinya dalam suasana agak sedih.
0 comments:
Posting Komentar